Friday, 6 October 2017
Jokowi Ingin Warteg Terapkan Sistem Online
Ilyas Istianur Praditya, 20 Sep 2017, 14:17 WIB
Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada seluruh pelaku industri di Indonesia untuk mengaplikasikan teknologi dalam mengembangkan bisnisnya. Salah satu yang hal yang wajib dilakukan adalah menerapkan sistem online.
Tak hanya perusahaan skala besar, perusahaan UMKM pun, Jokowi menegaskan harus berbasis online, salah satunya pengusaha warung makanan.
"Usaha Warteg, warung-warung agar bisa masuk dari offline ke online, karena sudah tidak bisa dibendung lagi perubahan yang terjadi saat ini," kata Jokowi di Jakarta Convenstion Centre (JCC), Jakarta, Rabu (20/9/2017).
Saat ini, sudah ada warteg yang menerapkan sistem online ini. Alhasil dengan cara itu, kini warteg tersebut sudah berkembang pesat dengan memiliki cabang lebih dari 150 warung.
Tak hanya dalam hal pemesanan yang harus bisa dilakukan secara online, warteg juga harus mengaplikasikan sistem pembayaran secara online.
Jokowi mencontohkan, saat ini dirinya sering menggunakan aplikasi untuk memesan makanan ketika ada di Istana Kepresidenan.
"Saya cerita, saya pesen gado-gado tidak usah jauh-jauh sudah dateng gado-gadonya, saya minta Go-Food, 30 menit dateng. Beli sate tidak usah datang ke warung sate, 30 menit sampai, saya kalau di istana pengen nasi padang, klik, klik, klik, 30 menit nasi padangnya nongol," cerita Jokowi. (Yas)
Sunday, 1 October 2017
Secangkir kopi asli Wamena dari Rosanti
By Kopi Papua01:05Banana Leaf Cafe, Bisnis Kopi Papua, Kota Jayapura, PAPUAmart.com Group, Provinsi Papua, Skyline1 comment
Alfrida Gombo (kanan) bersama saudaranya, di kafe miliknya di Skyline - Jubi/Agus |
Jayapura, Jubi - Bangunan kafe itu terlihat sederhana. Hanya ada dua buah meja lesehan dengan lantai beralaskan karpet merah. Dindingnya dihiasi lukisan dan pernak-pernik khas Papua, ditambah beberapa lampu berwarna-warni.
Pemilik Banana Leaf Cafe di Skyline, Kota Jayapura itu seorang perempuan. Rosanti Alfrida Gombo, perempuan kelahiran Wamena ini, mengaku memiliki menu spesial yang bisa menarik pelanggan.
"Di sini jual Baliem Blue Coffee. Ini kopi Arabika asli Wamena," katanya, Jumat (29/9/2017).
Ia mengatakan karena usahanya baru dimulai, jumlah pelanggan kadang tidak menentu. Sehari jika sedang ramai, ada belasan cangkir kopi yang terjual. Per cangkir ia mematok harga Rp10 ribu.
"Kadang ramai, kadang juga sepi pengunjung. Ini usaha masih baru juga," katanya.
Selama ini ia mengaku dibantu kerabatnya untuk melayani pelanggan. Kafe dibuka dari pukul 9 pagi sampai 10 malam.
"Beruntung ada saudara-saudara saya yang ikut membantu," katanya.
Selain itu, di sekitar kafe ada beberapa pedagang yang setiap harinya menjual kelapa muda. Jadi, kata dia, pilihan pelanggan untuk bersenang-senang di tempat itu ada banyak.
"Hanya saja kalau yang merokok, di luar kafe telah kami sediakan tempat juga," tuturnya.
Usaha kafe yang baru berjalan sejak akhir Mei 2017 tersebut, diakuinya dimulai dengan modal Rp10 juta. Ia mendapatkan sokongan dana dari seorang kerabat yang kebetulan adalah Direktur PAPUAmart.com, sebesar Rp5 juta.
Dikatakan, uang tersebut dipakai merehab bangunan dan membeli kebutuhan kafe, seperti kopi dan lain sebagainya.
"Sementara sisa modal lain dari orang tua saya. Itu dipakai untuk mengganti sewa bangunan dari pemilik sebelumnya," kata perempuan berstatus mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan, di Universitas Cenderawasih itu.
Motivasinya untuk berbisnis kopi, kata dia, karena selama ini OAP dipandang lemah dalam hal berbisnis. Untuk itu ia ingin mencoba sedikit demi sedikit menghapus stigma tersebut.
"Saya juga ingin bantu mewujudkan visi dan misi 'Papua Bangkit untuk Mandiri dan Sejahtera', yang dicanangkan Gubernur Papua Lukas Enembe," terangnya.
Ia mengatakan semangat untuk berbisnis, juga datang dari dukungan teman dan keluarga. Awalnya mereka ragu, akan tetapi setelah melihat kesungguhannya untuk mengelola kafe, dukungan semakin besar ia dapatkan.
"Pada akhirnya mereka semua bangga, melihat saya sebagai anak Papua berani menekuni usaha ini," tutur anak keempat dari lima bersaudara ini.
Diakuinya, niat untuk berbisnis tersebut bukan untuk menjadi pengusaha sukses. Akan tetapi ia hanya ingin membuktikan kalau orang Papua juga bisa.
"Ini bukan untuk mengejar keuntungan. Kalau untung itu sudah bonus. Saya hanya ingin mengajak dan memotivasi teman-teman, kalau kita bisa bersaing di dunia bisnis," kata perempuan yang hobi membaca buku ini, dengan penuh semangat.
Rosanti mengatakan jika nanti ia telah menyelesaikan kuliah, usaha tersebut akan tetap dipertahankannya. Ia berencana usaha kopi tersebut akan dikembangkan hingga ke beberapa wilayah.
"Tidak hanya di Kota Jayapura, kalau bisa di kabupaten dan kota di Papua. Kalau sukses malah bisa dibuka cabang di mana pun di Indonesia," harapnya. (*)